Covid cobaaa huhuuu sediiih

Semoga ga nularin keluarga gua deeh aamiin...

Rapid test pake lungeenn

8 november 2022

Let me explain, i know, in love romantic relationship, not only happines, bombing, but there is uncomfortable feeling also. Like jealousy, sad, disappoint, etc. 

But there is a problem that i cant really change, if i change it must really big, like i told to him  my condition about hang out, even with my friends. My parents kinda disagree if i go out. Look alike i'm child right?. My sister condition even worse, when it comes to 'alhasanat' they just feel disgusted, and just delete the jhs memory. I mean why they parenting like that? . 

I havent finish my paper, and i cant really going everywhere, being house'child' aka house'wife,' . I need quality time also i know, not just him, cause i love him also. And i told him to saving money for our future... But idk how much is it until now... And there is me also must saving money for our wedding, marriage afterlife.... 

Bismillah...

Sore, 20 Juli 2022

Gua ngetik ini karena liat post tentang JILBAB.

Artikelnya tuh, agak kurang on point aja bahasanya dan jadi melebar kemana-mana, 

Sampe ada yg nyimpulin mau ubah ubah kewajiban syari'at.

Pertama-tama even gua belum jadi sepenuhnya muslimah yang sempurna.

Satu hal, gua berusaha sami'na dan ga ubah-ubah, 'ngeles' syari'atNya. Wa ATHO'NA nya pelan-pelan, apapun yang gua bisa, gua harus lakuin aamiin semoga bisa istiqomah. 

Oke, itu sikap gua scr umum terhadap artikel itu. Nah terus apa sih isi artikelnya?

Inti point artikelnya :

1. Jilbab memang kewajiban dariNya, ketaatan kepadaNya. Namun, menYIMPULKAN penggunanya SHOLIHAH, MENILAI SHOLIHAH secara hakikat, bukan kewenangan individu hambaNya ataupun umat Rasulullah.

2. Maka, apabila ada kesalahan individu pemakai jilbab, yang disalahkan adalah perilaku individunya. terlepas apapun atributnya.

3. Jilbab dipandang scr fungsional yg artinya pakaian kesopanan oleh keadaan sosial.

4. " Yuk, berhenti menjadikan jilbab sebagai standarisasi tingkat kesholihan perempuan "

5. " Karena, yang paling shalihah dihadapan Allah subhana wa ta'ala orang yang paling bertakwa , bukan yang paling bagus atau panjang pakaiannya" 

6. dari point no 5 laki-laki dan perempuan sama sama diminta untuk selalu berbuat baik di muka bumi ini. 

Oke, menurut IMSO dari pelajaran-pelajaran ngaji gua yang masih sangat kurang dan perlu dikembangin, terutama gua dapet dari salaf. 

Point 1-2 setuju.

Point 3) Hakikatnya jilbab apalagi ditaati dengan kaffah, nilainya sudah sangat mulia lebih dari fungsional, karena ketaatan hamba kepadaNya. Orang banyak kontra wajar sih, kawatir yang awam mikirnya jilbab ya udah itu maknanya. Harusnya gunakan dalam konteks beragama saja, konteks dunia sosial itu perlu juga, tapi yang bisa bahwa betul dan bisa digunakan keadaan sosial itu kebijakan ulama. Kita pakai tafsir 4 madzhab yg shahih, in syaa allah. Hati-hati kita manusia akhir zaman tersetar setir keadaan sosial. Kita tetap kok berhak punya opini untuk diri kita sendiri, dengan tetap mengutamakan syari'atNya.  

Point 4). Sejujurnya gini, kalau mau bahas point 4 aja, tuh bisa dalem banget. HMM i try to ringkas, 'menilai' itu sometimes diperluin tapi tergantung individu/kelompok bersangkutan juga yah. kapaan? ya ga tiap waktu dongg, apalagi sampe bahan ghibaah, ewwww, kalian yg sangat beriman yg taat abiss heey, awas ghibah, terus menilai pun bisa tanpa ngejudge kasar. Oke, kapan? A. saat memilih pasangan hidup B. Saat memilih influencer agama, Ambassador kemuslimahan, ataupun pengurus organisasi islam. Diluar itu, ya menilai-nilai judge jelek orang ya tentu aja diliat lagi tujuan lo apa, evaluasi lagi, kalau malah lo berubah jadi orang yang meng'ekslusifkan' diri, nasihatin dengan nada, adab ga enak, jadi dijauhin ya gimana?. pun kalau dijauhin karena kita sudah berusaha beradab yang baik, ya itu merekanya yg menjauhi kamu shg kamu  yg jadi terkesan diekslusifkan, sabar yah kamu yang hijrah.

Point 5) Wadidaww kalau udah berfatwa takwa tuhh sereemm sebetulnya, bukan kapasitasnya, even ustadz aja kaya ustadz yg belum jam terbang tinggi apalagi lulusan pesantren/kampus saudi belum tepat untuk bahas hal tsb. Nah,, ini point telak kenapa orang-orang banyak nangkep, artikel ini kaya mau ubahubah kewajiban . Kenapa? karena point 5 bisa diterjemahin kaya gini, " Oh berjilbab belum tentu yg paling bertakwa yah, berarti aku ga hijaban, tetep bisa paling bertakwa dong yah " . Karena gini yg paling bertakwa ya yg taat dengan syari'atNya gitu. ada dalilnya kok. mungkin kalau tafsir semoga bisa kususul tulis juga. Memang, bukan satu-satunya jilbab sebagai tolak ukur, tapi itu bukti konkrit salah satunya. jangan lupain apalagi sampe mau ubah-ubah.

Kita emang kalau berdakwah bukan bukan, duh apa ya, ingetin saudara saudara seiman kita, gunakan adab kita yg utama jangan lupa, jangan pakai emosi, apalagi emosi dengki iri, jangan memper'malukan' didepan khalayak. Nah, cuma kalau pakai adab when it comes to berpelukan ama mereka, gua rasa kata-kata point nomer 5 ga tepat diucapkan. Makna takwa itu udah diatur banget bro soalnya, udah menuju aqidah tauhid lah, istilahnya.  Ada cara lain, apa yah misal, hmm... bingung juga gua, oh at least lu tetep baik temenan sama mereka mereka yg ga berkerudung, tetep sahabatan selama mereka bisa hormatin boundaries lu juga. Lu doain, jangan ajak mereka ke keburukan. 

Kita sebagai orang yg bukan lulusan khususon agama, hati hati dalam bikin artikel gini. kita perlu rangkul mereka, tapi inget jangan malah ubah-ubah syari'at. 

Sebetulnya, lebih bagus kalau, di pointkan, "hati hati berkomentar di sosmed, dunia nyata, dalih mengingatkan soal hijab, apalagi kalau dia buka kerudung, jangan  hujat, doakanlah, jangan tinggalin, justru malah harus ditemenin sampe dia sendiri yg ga mau ditemenin, dan jangan influence ga berhijab its good"

Gua bikin artikel gini, untuk memberi tanda jelas, gua 'berpihak' ke siapa, Berpihak ke ajakan ke kebaikan. Even you in keburukan aku yg ga ngajak, tapi aku ga menghujat, mengucilkan, menjahati.

Sekian.

Wassalamu'alaykum wr wb

 Bismillah...

Malem, biasa di meja belajar.

As a muslimah... alhamdulillah... 

entah kenapa.. gua mikir gini islam salaf itu kan emang berusaha memurnikan islam kaya jaman dahulu kalau bisa seperti jaman khilafah etc.

Perempuan perempuan jaman dahulu tuh ditindas bangeet gila gilaan, apalagi di jazirah arab sana. Edan abis pokonya, perbudakan, etc. Nah, islam datang rasanya kaya penenang, penentram untuk perempuan-perempuan yang dahulunya ya allah cobaan nya berat banget dikit dikit taruhan nyawa. Dan pasti kebayang ada perasaan psikologis dimana dulu bersakit suaaaakiiiit pas islam dateng kaya sejuk tenang banget.

Nah, alhamdulillah nya sekarang sampai terasa, bahkan perempuan bisa sekolah, bekerja dapat nafkah, But... entah karena sekarang apa ya ga sekejam dulu bahkan cenderung bebas, syari'at islam terasa malah jauh lebih 'mengikat'. Terutama ke perempuan muslimah, kaya eh itu perempuan-perempuan lain  bisa sampe jadi 'leader' .  

Mungkin ini kenapa gua sampe mikir gini. Kalau lingkungan lo perempuannya ga banyak yg bebas dan banyak yg terkekang karena kejahatan semua terutama buat perempuan. Pas di islam lu udah ngerasa ga terkekang. Bisa lebih relaks. 

Kalau jaman dahulu lo disiksa sebelum masuk islam jalanin islam diancem nyawa, tapi apa ya (entah kesotoyan gua) di hati lu jalaninya tenang gitu kalau udah masuk islam. Karena itu perasaan terbebas yang pernah lo rasain.  gimana ya jelasinnya. Emang diancem nyawa, tapi ganjarannya syahid gitu. 

Tapi kalau sekarang, lo even sebelum masuk islam ga 'disiksa' masuk islam pun keadaan lingkungan tenang. kaya mind your own business. Tapi pas jalaninnya jadi kaya kesannya lo 'iri' sama orang orang sebelah yang 'mind their business'. Kaya mereka 'jauh lebih bebas' . Atau kaya semudah itu buat rihlah liat liat jalan jalan keindahan dunia. Mudah jadi kaya. example. Bebas disini bukan berarti gua sampe mau buka aurat atau ga syari pakaiannya.

Kaya sekedar pergi sendiri, kan ada aja ya yang harus ditemenin atau bahkan cewe "wajib dirumah" . 

Tapi pemikiran ini ga fixed. ini kerasa untuk perempuan dan aturan aturan syari tertentu terutama terkhusus perempuan.

Does anybody get my point? 

Comment down below to share your opinion :)

But dont SARA, thank you

 MALU KADANG BARU DIKASIH COBAAN KAYA GINI UDAH MARAH BETE. KAYA YANG PELIT BANGET ITU YAH. SEMUA MUA BUTUH UANG. MALU QIL NGELUH MARAH. MALUUUU LO MALUUU

 Assalamualaykum Warahmatullahi Wa Barakaatuh,

Bismillah All,

Baru aja tadi diskusi soal abusive di rumah tangga sama bapak, dan karena laki laki kepala keluarga, sebagai istri yang  harus taat, mau ga mau abusive pun harus dilalui karena ada contohnya janjinya surga seperti kisah fir'aun yang dulunya kaya raja, istrinya sabar sampai dapat surga. semua wanita harus bermental gitu katanya, iya sih bukan dunia yang dicinta. 

Tapi aku coba nanya, apa salahnya sih istri minta pisah? kenapa di nyinyiri lingkungan?, karena mentang mentang talak ada di suami, suami bisa semena mena. Paadahal banyak yang dilupa sama hadits buat kaum suami, sebaik-baiknya manusia adalah pada istri-istrinya? tau kan kenapa? apa yah, aku ga mau sebut istri taat tunduk patuh sebagai makhluk kelas dua, karena balik lagi itu syariatNya. ibarat nih peran istri harus dibalik layaaaar semua. Ga ada yang salah dengan dibalik layar, oke back to the topic. Tapi karena peran istri harus taat ya makanya suami harus baik, ibarat lo bisa berbuat sesuka lo ke istri lo. 

Eh pas, dibilang " ah tapi kalau suami gaji gede, 50 juta suami abusive mana ada sih, istri yang lapor atau minta cerai kan istri dikasih 20 juta? " . kaget sih bapak bilang gitu.. ibarat semua bisa dibeli dengan uang, kenapa engga jawabannya, yaudah kan suami bisa disadarin biar ga abusive, misal. eh malah jawab harus fair dengan gaji gede, emang kaya gitu pemikiran islam?. Agak kaget juga sih, tapi ya mau gimana, jadi keliatan kalau ga semua orang bisa amanah dapet uang banyak, karena dengan uang bisa membeli mewajari ke abusiveannya.

Padahal aku juga bilang bukan selingkuh, nada ku tenang ga berapi api.. 

Jujur sii, jadi tau sisi bapak yang  begitu...

Mungkin karena lihat lingkungan orang kaya yang semena mena.. 

Aku ngomong gini sih ibarat niatnya tuh biar, kaya ya ga salah juga istri minta pisah dapat suami abusive gitu.. emang ceritaku juga ada kelemahan ga lengkap, eh terus dibilang nangis kenapa.. ya karena aku tau cerita lengkapnya cuma emang belum bisa ngomong aja akunya.. 

padahal insight di sisi laki laki pun aku ga mendenial juga loh.. 

ya gapapa nangis tu mekanisme manusiawi emosi aku, jangan ibarat oh kalau kamu nangis berarti aslinya marah.. jujur itu parah banget siih.. 

paham kok nangis juga kawatir bersifat manipulatif. 

Ibarat sih aku ngomong gini sama sekali bukan orang yang anti salah ga ada salah, cuma lebih ke inti obrolan aja, udha bodoamat aku dianggap salah, ga bermartabat, lemahc cengeng, karena itu emosi aku. aku pun juga belajar, masih jauh lebih mendig dibanding marah. karena udah ada hadits nya juga janganlah kamu marah la taghdob, innalaha ma'as shobirin..

BTW satu lagi, kaget sii tadi dibilang, halah cewe jaman sekarang gampang  ngerasa di abusive in ibarat di ludahin aja di abusive in.. kalau diludahin konteks intensinya becanda ya  masih selow, kalau engga? 

Night, After Maghrib. At My mom treasure desk.

Bismillah

" Tak Ada Nasihat Jika ada Insecure dibaliknya, Murnikan Niatmu"

Ini tuh banyak banget dipakai sama kaum kaum hijrawan/hijrawati, lagi tinggi tingginya menngingatkan temen bahkan orang yang ga dikenalinya, untuk kritik/saran. Masih mending sih saran berarti bahasanya kan bagus dan lebih ke arah solusi, bukan macem kritik nunjuk nunjuk kesalahan di depan khalayak ramai. Tapi ya gitu sii, seengganya jangan lupa adab gitu cuuy, kite nih bukannya 'ingetin' temen jadi keinget malah mereka jadi masygul gara gara kita nurunin nilai mereka depan khalayak. Apalagi ternyata ada perasaan iri, " Abis gua ga terkenal, ga sekaya, ga secantik elu sih meskipun sama sama berhijab, kan dalam islam ga boleh ********** dst" . 

Alhamdulillah meskipun dulu gua di judge berkepribadian kaya ngono, but gua pribadi dari dulu ga suka aja nunjuk nunjuk ngingetin orang didepan rame, ga enak rasanya. 

Tapi soal pemikiran iri tuh pasti sempet terbersit apalagi, calon sukanya maunya gua menggunakan sosmed supaya bisa menghasilkan duit. Mau aja sih, cuma ada hal prinsip yang gua bismillah coba anut and pegang. Oke back to iri, iri tuh ya semacam " Enak ya allah mereka bisa tuh, sholiha, hijaban panjang, bahkan pakai cadar, ga aneh, aneh tapi Up banget di sosmed, ga yang pamer pamer non value juga" . Cuma ya gitu, gua juga pengen begitu kaya innamal a'malu bin niyat, ya tergantung niat lu gimana, asal lu ga tabarruj, masa haram jadah si nampilin muka di kamera. But di sisi lain setelah kenal salaf thats the name. Like yang menjagaaaa banget banget, Kaya sampe memunculkan ide gua buat membuat dunia/zona khsus perempuan, dimana akhirnya si wanita salaf itu ya bisa menampilkan wajah mereka secara aman, dan otosmastis tidak membuat fitnah dong, kan ga ada laki-laki. 

Jadi kaya masih mencari role model perempuan/akhwat laa yang sukses bgt tapi salaf dalam berbisnis yang basis utamanya instagram. Pingin dipelajari/ditiru gitu. 

Tapi tiba-tiba suatu hari ada seorang perempuan selebgram gitu alhamdulillah berhijab, ceritain glow upnya dimana dulu dia dibuli banget pas sekolahnya, terus berusaha lah berubah sedemikan supaya tidak dibuli lagi, eh sampe akhirnya jadi selebgram dan entah lupa punya bisnis sendiri apa engga. Kaya yang " liat qil, itu selebgram bukan sekadar dia dari dulu udah cantik banget, kaya, terkenal, terus ah instagram lagi trending trus jadi seleb, bukan. Dia di titik itu berjuang dari bullyannya yg katanya dia kurang cantik sesuai standar media media" Liat itu tuh menyadari gua, jangan langsung ngejudge ataupn oke udah ga ngejudge tapi iri gitu jangan. Mereka Jadi gitu karena dibully, syukur alhamdulillah berhijab, doain aja supaya makin syar'i makin istiqomah mendekat kepadaNya. aamiin.

Tapi beside of that, gua irinya tuh lebih ke kaya, " ih gua merasa harusnya bisa lakuin itu karena merasa ada kesempatan yg sama" Bukan kaya ngeremehin pekerjaan mereka yg kata sebagian orang jadi selebtagram tuh gampang dll, engga. Lebih ke value gue pribadi, bukan ke soal merekanya atau kerjaannya. 

Oke sekarang ke hijrawan/hijrawati nya. Disisi lain kita ni yang orang tengah masih belajar agama juga, jangan keras ke yg hijrawan/hijrawati juga, malah ada di sisi bersyukur mereka sayang dengan cara mereka yang meskipun agak keliru niih. Kita validasi kepedulian mereka, trus ingetin tujuan mereka apa? Mau menjatuhkan dan ngerasa mereka si hijrawan/wati itu lebih baik? iri? atau pure sayang mereka pingin lebih baik? .

Nah, kan kalau emang ingin lebih baik, coba deh kalau perasaan mereka luka karena 'nasihat' dibawakan jahat, apa sampe ke mereka? kalau sampe jadi berubah pun, at least mereka jadi ada luka, emang sih bukan tanggung jawab kita terhadap sikapnya, cuma tanggung jawab kita ya berbuat baik empati dengan tetep perhatiin hati orang lain juga. Kalau cara keras ya cukup guru/ulama/ustadz ga sih? beliau beliau itu yang bener bener diamanahin untuk mengingatkan moral moral masyarakat. Berat lo jadi ustadzah/ustadz.

Sekian, dari gua. Silahkan komentar baiknya ya...